Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa ekonomi Indonesia saat ini sudah menuju ke posisi normal.
Jokowi mengatakan, berbagai kebijakan telah ditempuh pemerintah untuk bangkit dari krisis yang dtimbulkan pandemi. Banyak program prioritas diluncurkan untuk menolong ekonomi rakyat agar tetap bisa bertahan.
Pemulihan ekonomi sejalan dengan laju penularan Covid-19 yang mulai bisa ditekan dalam dua bulan belakangan.
Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 tembus 7,8 persen dengan kisaran 6,9 persen sampai 7,8 persen.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 mendatang diproyeksi lebih baik dibanding pertumbuhan di kuartal I 2021 yang masih terkontraksi -0,74 persen.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2021 akan berada pada ksiaran 4,1 persen sampai dengan 5,1 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai Angka 5 Persen
Jokowi optimistis ekonomi nasional tahun 2021 dapat tumbuh 4,5 hingga 5,5 persen.
Namun, hal itu sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-2 tahun ini. Oleh karena itu, Jokowi menyebut, pemulihan ekonomi selama April-Juni sangat menentukan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pertumbuhan ekonomi tahun 2020 merupakan yang terburuk sejak 150 tahun terakhir. Tercatat, ada 170 negara di dunia yang mengalami kontraksi akibat Covid-19.
Sri Mulyani mengatakan, sebenarnya pihaknya berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 bisa mendekati zona netral atau 0 persen.
Sebab, pemerintah telah berupaya untuk mendongkrak kinerja perekonomian dengan beragam insentif serta stimulus.
Menurut pengeluaran secara tahunan (year on year/yoy), semua komponen mengalami kontraksi dengan konsumsi rumah tangga mencatatkan penurunan paling dalam.
Optimisme Jokowi pada pertumbuhan ekonomi didasarkan sejumlah hal, misalnya, mulai bergeraknya pabrik dan industri manufaktur. Angka purchasing managers index (PMI) saat ini mencapai 53,2.
Padahal, sebelum pandemi, berada di angka 51. Selain itu, konsumsi listrik sudah mengalami pertumbuhan hingga 3,3 persen. Kenaikan konsumsi listrik dikontribusikan oleh rumah tangga, industri, hingga pemerintahan.
Volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga terus meningkat, sehingga mendukung kinerja ekspor negara berkembang yang lebih tinggi termasuk Indoesia.
Sudah ada perbaikan seperti ekspektasi konsumen dan penjualan eceran Maret 2021. Namun, terbatas karena masih terbatasnya mobilitas masyarakat di tengah upaya pemerintah melakukan vaksinasi.